RSS

Monthly Archives: September 2015

niat dan prasangka

Seorang kawan bertahun-tahun yang lalu pernah bilang, “bahkan bila niat kita baik sekalipun, tetap saja akan ada orang yang nggak suka atau nggak bisa melihat niat baik kita. So you have to let go.  Maksudnya, jika memang niatmu baik, jadilah baik. Kalau ada yang ngomongin kamu macam-macam, nggak usah diambil hati.  Apalagi kalau orang itu sudah lebih dulu punya prasangka… Dia nggak akan pernah bisa melihat niat baikmu”.

Memang runyam jika niat sudah terlebih dulu diprasangkakan.  Atas logika itu, bertahun-tahun pula saya sepakat dengan si Kawan ini dan berusaha ikhlas jika ada orang mempertanyakan, meremehkan, atau menyinyiri niat baik saya.  Sampai akhirnya saya berpikir, bagaimana jika niat vs prasangka ini terjadi pada sepasang kekasih?  Dalam kondisi euphoria di masa-masa awal pacaran, jawabannya mungkin sangat sederhana: hormon endorfin dan adrenalin akan membuat mereka selalu percaya bahwa kekasihnya berniat baik dan mereka juga akan mengabaikan segala prasangka karena sedang di mabuk asmara.

Tetapi lewat dari 6 bulan masa promosi awal pacaran, situasinya mungkin mulai sedikit bergeser.  Inilah masa-masa kita benar-benar mengenal orang yang kita cintai itu.  Jadi mungkin barulah setelah lewat 6 bulan, si pasangan ini mulai memperlihatkan ketidaksetujuan, ketidaksepahaman.. Mulai ada niat yang disalahartikan, mulai ada prasangka.  Jangan bayangkan prasangka yang kejam ala persaingan bisnis.  Prasangka itu bisa sesederhana: “Kenapa sih kamu nggak pernah…” atau ” Kamu deh, selalu…” atau “Aku kan tahu kamu, pasti kamu…”.  Padahal coba pikir lagi, masa iya sih kekasih kita nggak pernah perhatian, selalu terlambat, atau pasti nggak mikirin kita, misalnya?

Di sisi lain, niat-niat yang tadinya dianggap oh-so-sweet, juga berangsur jadi sesuatu yang nggak jarang bikin kita tersinggung. Kalimat macam “Kamu nggak kangen aku ya? Kok dari tadi nggak ada kabarnya..” bisa jadi bikin tersinggung karena pasangan lagi sibuk seharian dan nggak berkabar bukan berarti nggak kangen atau nggak mikirin pacar.  Belum lagi kalau pasangannya bukan termasuk tipikal yang bahasa cintanya verbal alias biasa menggunakan bahasa dalam mengekspresikan rasa sayangnya.  Padahal sebenarnya niat dari kalimat pertanyaan tadi juga nggak jelek.  Niatnya cuma dapet balasan manis macam: “Kangen dong! Tapi emang belum punya waktu kirim kabar, sibuk banget nih..”  Well, alih-alih dapat balasan manis, bisa jadi jawabannya malah begini: “Duh, aku kok merasa didakwa ya? Padahal aku seharian sibuk banget, sampai makan siang aja belum sempat.”  DUUAAAARRRR!!!! Niat sayang-sayangan pun bubar! Padahal sih, pertanyaan yang sama jika ditanyakan di bulan-bulan awal pacaran, mungkin reaksinya juga nggak begitu 🙂

Kita memang nggak selamanya mendengar apa yang ingin kita dengar.  Orang lain di sekitar kita adalah karakter tersendiri dengan keunikannya masing-masing.  Bahkan setelah berpuluh tahun hidup bersama, masih banyak pasangan suami-istri yang masih terkaget dengan reaksi pasangannya.  Dan meskipun kawan saya ada benarnya soal let it go dan ikhlas atas semua niat baik yang sudah kita lakukan, saya pikir untuk urusan cinta bersama orang terkasih, ada pengecualian.

Kenapa niat dan prasangka yang bikin salah paham nggak dikomunikasikan aja sih?  Untuk kasus dengan pasangan, you have to make it work.  At one point, perhaps, you might have to let it go.  But do make it work first.  Ya mungkin ngobrolnya nggak persis pada saat kesalahpahaman itu terjadi.  Pilih waktu yang pas untuk menjelaskan niat baik atau mengklarifikasi prasangka pada pasangan agar dia bisa lebih mengerti kita. “Maaf ya kalau kamu merasa dituduh.  Aku nggak berniat menuduhmu. Aku hari itu soalnya lagi rindu kamu dan nunggu-nunggu kabarmu. Eh kok ya kalimatku begitu. Maaf ya…”.

Tuh.  Sejuk kan? 🙂

#terinspirasikabarkabaryangmarakdiinfotainment

 
Leave a comment

Posted by on September 8, 2015 in Uncategorized